Beranda | Artikel
Khutbah Jumat Tentang Ilmu: Bahaya Berkata Agama Tanpa Ilmu
Minggu, 3 November 2019

Khutbah Jumat Tentang Ilmu: Bahaya Berkata Agama Tanpa Ilmu ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 4 Rabbi’ul Awwal 1441 H / 01 November 2019 H.

Khutbah Pertama – Khutbah Jumat Tentang Ilmu: Bahaya Berkata Agama Tanpa Ilmu

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Ummatal Islam,

Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang kita untuk berkata ataupun mengikuti perkara yang tidak ada ilmunya. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ

Jangan kamu ikuti apa-apa yang tidak ilmunya sama sekali.” (QS. Al-Isra`[17]: 36)

Karena berkata tanpa ilmu adalah sumber berbagai macam kesesatan, sumber berbagai macam kehancuran dan kebinasaan. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 33:

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللَّـهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَن تَقُولُوا عَلَى اللَّـهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ ﴿٣٣﴾

Katakan, ‘Sesungguhnya yang diharamkan oleh Rabbku yaitu fahisyah yang tampak maupun yang tersembunyi, dan dosa, dan kamu berbuat zalim di muka bumi dengan tanpa hak, dan kamu berbuat syirik (mempersekutukan Allah) dengan apa yang Allah tidak turunkan ilmu padanya, dan kamu berkata atas Allah dengan tanpa ilmu.’“(QS. Al-A’raf[7]: 33)

Di situ Allah menyebutkan tentang keharaman-keharaman. Allah mulai dari yang kecil, kemudian naik menjadi besar, besar dan yang paling besar. Allah mengatakan, “Sesungguhnya yang diharamkan oleh Rabbku yang pertama adalah perbuatan fahisyah yang tampak maupun yang tersembunyi, dan dosa, (lalu naik lagi) dan berbuat zalim di muka bumi ini, (dan naik lagi) berbuat syirik. Padahal syirik merupakan dosa yang sangat besar, akan tetapi Allah tidak menutup ayat itu dengan syirik. Allah menutup ayat itu dengan firmanNya, “Dan kamu berkata atas Allah dengan tanpa ilmu.”

Para ulama menyebutkan mengapa Allah menutup ayat tersebut dengan, “Berkata tanpa ilmu.” Karena berkata tanpa ilmu adalah tiang kesesatan. Karena semua kesesatan berasal daripada berkata tanpa ilmu. Seseorang berkata/berucap sesuatu dalam agama lalu kemudian dia mengatakan, “ini halal/ini haram” padahal tidak ada dalilnya dari syariat Allah, sungguh ia telah berdusta atas nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah berfirman:

وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَـٰذَا حَلَالٌ وَهَـٰذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا عَلَى اللَّـهِ الْكَذِبَ

Jangan kalian mengucapkan dengan lisan-lisan kalian dengan mensifatkan ini halal dan haram sehingga kalian pun berdusta atas nama Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. An-Nahl[16]: 116)

Berbicara dalam masalah agama harus berdasarkan dalil dan keilmuan dari Allah. Karena agama ini milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah berfirman:

أَلَا لِلَّـهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

Ketahuilah, milik Allah lah agama yang murni ini.” (QS. Az-Zumar[39]: 3)

Agama Islam ini milik Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Allah nyatakan bahwa itu satu-satunya agama disisi Allah. Allah berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّـهِ الْإِسْلَامُ

Sesungguhnya agama disisi Allah itu hanyalah Islam.” (QS. Ali-Imran[3]: 19)

Karena agama ini milik Allah, maka siapapun yang ingin berbicara tentang agama ini hendaklah ia mempunyai burhan, mempunyai bukti dan dalil dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka saudaraku,

Berapa banyak kesesatan muncul akibat berkata tanpa ilmu? Berapa banyak kesyirikan muncul akibat berkata tanpa ilmu? Berapa banyak kebid’ahan pun muncul akibat berkata tanpa ilmu? Bahkan kemaksiatan dihalalkan karena berkata tanpa ilmu. Berapa banyak kesyirikan pun dilakukan karena berkata tanpa ilmu?

Maka saudaraku, betapa buruknya pengaruh daripada berkata tanpa ilmu tersebut.

Namun Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa nanti di akhir zaman orang-orang bodoh yang tak paham ilmu tentang diin ikut berbicara tentang agama. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits yang dikeluarkan oleh Ibnu Majah:

سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ

“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan.” kata Rasulullah..

يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

“Orang yang berdusta dianggap jujur, orang yang jujur dianggap dusta, orang yang mempunyai amanah dianggap penghianat dan orang yang berkhianat diberikan amanah. Dan akan berbicaralah ruwaybidhah’ Ada yang bertanya, “Siapa ruwaybidhah, wahai Rasulullah?’ kata Rasulullah, ‘Orang yang bodoh tapi berani berbicara dalam perkara-perkara besar (masalah-masalah yang berhubungan dengan keumuman manusia)`” (HR. Ibnu Majah)

Kita lihat di zaman ini banyak para penuntut ilmu atau bahkan bukan penuntut ilmu berbicara tentang masalah agama dengan ra’yu-ra’yu mereka, dengan pendapat-pendapat mereka, lalu ia bangga dengan pendapatnya. Padahal sama sekali tidak di atas dalil, laa hawla wa laa quwwata illa billah.

Maka saudaraku, kita yang ingin keselamatan dari adzab api neraka, kewajiban kita berhati-hatilah. Siapapun yang ingin berbicara tentang agama ini, tentang diin ini, hendaklah yang pertama melihat apakah ada dalil yang menunjukkan kepadanya? Yang kedua apakah ada pemahaman para sahabat dan para ulama setelahnya yang menopang pemahaman terhadap dalil tersebut? Sehingga pada waktu itu pemahaman kita benar, bukan hanya membawakan dalil tapi juga dengan pemahaman yang shahih. Tidak seperti orang-orang khawarij yang Rasulullah mengabarkan bahwa mereka membawakan ayat-ayat Al-Qur’an, mereka membaca Al-Qur’an, mereka membawakan hadits, akan tetapi melesat dari agama Islam akibat mereka menafsirkan Al-Qur’an dengan pemahaman yang dangkal. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda tentang orang-orang khawarij:

يَقُولُونَ من قَول خير الْبَريَّة

“Mereka membawakan sabda-sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ummatal Islam,

Oleh karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu dan terus menuntut ilmu. Fokuskan dengan menuntut ilmu dan memperdalam keilmuan. Sehingga kita ketika berbicara tentang agama ini betul-betul di atas dasar keilmuan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berapa banyak ayat-ayat, berapa banyak hadits-hadits yang menganjurkan kita untuk menuntut ilmu Allah? Maka sibukan dengan menuntut ilmu, sibukkan kita untuk mendengar. Sehingga pada waktu kita menjadi hamba yang benar-benar mengatakan, “samina wa athana (kami mendengar dan kami taat).”

Mendengar siapa?

Mendengar Allah dan rasulNya dengan cara mempelajari dan mengkajinya. “Dan kami taat” dengan cara mengamalkan ilmu yang telah kita dengar.

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم

Khutbah kedua – Khutbah Jumat Tentang Ilmu: Bahaya Berkata Agama Tanpa Ilmu

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ

Ummatal Islam,

Sesungguhnya merasa diri kita telah berilmu adalah awal daripada berkata tanpa ilmu. Saat kita merasa bahwa kita telah memiliki ilmu yang banyak, lalu kemudian kita berani berfatwa, lalu kemudian kita berani berbicara dengan sebatas ra’yu dan akal kita. Maka di situlah awal kebinasaan diri kita, saudaraku..

Terlebih apabila kita merasa bangga dengan pendapat-pendapat kita. Oleh karena itulah disebutkan bahwa Abu Darda berkata bahwa kalau bukan karena tiga perkara manusia akan menjadi baik. Yang pertama yaitu kekikiran yang diikuti, hawa nafsu yang diperturutkan, dan setiap orang merasa bangga dengan pendapatnya sendiri-sendiri.

Pendapat yang dia banggakan, bukan dia kembali kepada Allah dan rasulNya. Maka disaat itu dia akan tersesat jalan. Na’udzubillah Nas’alullah as Salamah wal ‘Afiah.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

  اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات

اللهم تقبل أعمالنا يا رب العالمين، اللهم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم، اللهم اصلح ولاة أمورنا يا رب العالمين، واجعلنا من التوابين واجعلنا من المتطهرين

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عباد الله:

Download mp3 Khutbah Jumat Tentang Ilmu: Bahaya Berkata Agama Tanpa Ilmu

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download khutbah Jum’at ini, kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47908-khutbah-jumat-tentang-ilmu-bahaya-berkata-agama-tanpa-ilmu/